|
No
Dokumen : SOP/HRD/
|
STANDAR
OPERASIONAL PERUSAHAAN
|
NAMA
PERUSAHAAAN
PT.
Unilever Indonesia Tbk
|
|
Tanggal
Berlaku : 04 DESEMBER 2014
|
||
|
Status
Revisi :
|
EVALUASI
KINERJA KARYAWAN
|
|
|
Halaman : 1/8
|
DAPARTEMEN
: HUMAN RESOURCES DEPLOMENT
|
1.1 TUJUAN
untuk mengevaluasi kinerja karyawan perusahaan apakah sudah sesuai dengan
spesifikasi pekerjaan dan program kerja yang telah disepakati
1.2 PARA METER
terpenuhinya perpormance karyawan perusahan yang
sesuai dengan spesifikasi pekerjaan dan program kerja yang telah disepakati.
1.3 RUANG LINGKUP
prosedur ini dimulai dari menyerahkan from job performance
apprasial, mengumpulkan repor pelaksanaan program kerja, analisa repor kinerja
karyawan / unit , sampling dilapangan sampai dengan pengarsipan progres repor.
1.4 PENANGGUNG JAWAB
1. Kepala perwakilan dibawah direktur dan direktur utama
bertanggung jawab monitoring dan pelaksanaan evalusi kinerja karyawan
2. Manager oprasional bertanggung jawab terhadap seluruh proses
evaluasi kinerja karyawan pada PT. Unilever
Indonesia Tbk
1.5 DEFINISI
1.1.1
PENGERTIAN EVALUASI KINERJA
Dalam
bahasa Inggris istilah kinerja adalah performance. Performance merupakan
kata benda. Salah satu entry-nya adalah “thing done”(sesuatu
hasil yang telah dikerjakan). Jadi arti Performance
atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat
dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai
tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai
dengan moral maupun etika.
Istilah Evaluasi dapat
disamakan dengan penaksiran (appraisal), pemberian angka (rating) dan penilaian
(assesment). Evaluasi kinerja sangat penting untuk menilai akuntabilitas
organisasi dalam menghasilkan pelayanan publik. Akuntabilitas bukan sekedar
kemampuan menunjukkan bagaimana uang publik dibelanjakan, akan tetapi meliputi
apakah uang tersebut dibelanjakan secara ekonomis, efektif, dan efisien.
Evaluasi kinerja disebut
juga “Performance evaluation” atau “Performance appraisal” Appraisal berasal
dari kata Latin “appratiare”yang berarti memberikan nilai atau harga. Evaluasi
kinerja berarti memberikan nilai atas pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang
untuk diberikan imbalan, kompensasi atau penghargaan.
Evaluasi kinerja adalah suatu
metode dan proses penilaian dan pelaksanaan tugas seseorang atau sekelompok
orang atau unit-unit kerja dalam satu perusahaan atau organisasi sesuai dengan
standar kinerja atau tujuan yang ditetapkan lebih dahulu. Evaluasi kinerja merupakan
cara yang paling adil dalam memberikan imbalan atau penghargaan kepada pekerja.
1.1.2 TUJUAN EVALUASI KINERJA
adalah untuk menjamin pencapaian sasaran dan tujuan perusahaan dan juga
untuk mengetahui posisi perusahaan dan tingkat pencapaian sasaran perusahaan,
terutama untuk mengetahui bila terjadi keterlambatan atau penyimpangan supaya
segera diperbaiki, sehingga sasaran atau tujuan tercapai. Adapun
tujuan dari evaluasi kinerja :
1.
Pengembangan
Dapat
digunakan untuk menentukan pegawai yang perlu dtraining dan membantu evaluasi
hasil training. Dan juga dapat membantu pelaksanaan Conseling antara atasan dan
bawahan sehingga dapat dicapai usaha usaha pemecahan masalah yang dihadapi
pegawai.
2.
Pemberian Reward
Dapat
digunakan untuk proses penentuan kenaikan gaji, insentif dan promosi. Berbagai
organisasi juga menggunakan untuk memberhentikan pegawai.
3.
Motivasi
Dapat
digunakan untuk memotivasi pegawai, mengembangkan inisiatif, rasa tanggung jawab
sehingga mereka terdorong untuk meningkatkan kinerjanya.
4.
Perencanaan SDM
Dapat
bermanfaat bagi pengembangan keahlian dan keterampilan serta perencanaan SDM.
5.
Kompensasi
Dapat memberikan
informasi yang digunakan untuk menentukan apa yang harus diberikan kepada
pegawai yang berkinerja tinggi atau rendah dan bagaimana prinsip pemberian
kompensasi yang adil.
6.
Komunikasi
Evaluasi
merupakan dasar untuk komunikasi yang berkelanjutan antara atasan dan bawahan
menyangkut kinerja pegawai
1.1.3.
KEGUNAAN
DARI EVALUASI KINERJA DIANTARANYA :
1
sebagai
dasar dalam pengambilan keputusan yang digunakan untuk promosi, demosi,
perberhentian, dan penetapan besarnya balas jasa
1.
Untuk
mengukur prestasi kerja yaitu sejauh mana karyawan bisa sukses dalam
pekerjaannya
2.
Sebagai
dasar untuk mengevaluasi efektiitas seluruh kegiatn di dalam perusahaan
3.
Sebagai
dasar untuk mengevaluasi program latihan dan keefektifan jadwal kerja.
4.
Sebagai
indikator untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi
karyawaan
5.
Sebagai
kriteria di dalam menentukan seleksi dan penempatan karyawan
6.
Sebagai
alat untuk memperbaiki atau mengembangkan kecakapan karyawaan.
Jadi dengan
penilaian prestasi kerja dapatlah diketaui prestasi kerja seorang karyawan di
mana terdapat kelebihan-kelebihan maupun kekurangan-kekurangan yang
dimilikinya. Bagi mereka yang memilii prestasi keja yang tinggi, memungkinkan
dirinya untuk diberikan promosi. Sebaliknya, karyawan yang prestasinnya rendah
prestasi kerjanya dapat diperbaiki dengan memindahkan ke jabatan yang sesuai
dengan kecakapannya ataupun melalui pendidikan dan latihan dalam rangka
pengembangan karyawan
1.1.4
MANFAAT EVALUASI KINERJA KARYAWAN
1.
Manfaat bagi karyawan yang dinilai•
Meningkatkan
motivasi• Meningkatkan kepuasan hidup• Adanya kejelasan standard hasil yang
diterapkan mereka• Umpan balik dari kinerja lalu yang kurang akurat dan
konstruktif• Pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan menjadi lebih besar•
Pengembangan tantang pengetahuan dan kelemahan menjadi lebih besar, membangun
kekuatan dan mengurangi kelemahan semaksimal mungkin• Adanya pandangan yang
lebih jelas tentang konteks pekerjaan.
2.
Manfaat bagi penilai•
Kesempatan
untuk mengukur dan mengidentifikasikan kecenderungan kinerja karyawan untuk
perbaikan manajeman selanjutnya• Pemahaman yang lebih baik terhadap karyawan,
tentang rasa takut, rasa grogi, harapan, dan aspirasi mereka• Mempunyai
kesempatan untuk menjelaskan pada karyawan apa yang sebenarnya diingikan oleh
perusahaan dari para karyawan sehingga para karyawan dapat mengukur dirinya,
menempatkan dirinya, dan berjaya sesuai dengan harapan dari manajer• Bisa
mengidentifikasikan kesempatan untuk rotasi atau perubahan tugas karyawan•
Dapat sebagai sarana menimgkatkan motivasi karyawan dengan lebih memusatkan
perhatian kepada mereka secara pribadi.
3.
Manfaat bagi perusahaan•
Perbaikan
seluruh unit-unit yang ada dalam perusahaan• Meningkatkan pandangan secara luas
menyangkut tugas yang dilakukan oleh masing-masing karyawan• Meningkatkan
motivasi karyawan secara keseluruhan• Meningkatkan keharmonisan hubungan dalam
pencapaian tujuan perusahaan• Peningkatan segi pengawasan melekat dari setiap
kegiatan yang dilakukan oleh setiap karyawan•
1.1.5.
FUNGSI
EVALUASI KINERJA KARYAWAN
Evaluasi
mempunyai beberapa fungsi yaitu :
1. Memberi
informasi yang valid mengenai kinerja kebijakan, program dan kegiatan,
yaitu mengenai seberapa jauh kebutuhan,
nilai dan kesempatan telah dicapai. Dengan evaluasi dapat diungkapkan mengenai
pencapaian suatu tujuan, sasaran dan target tertentu.
2. Memberi
sumbangan pada klarifiaksi dan kritik. Evaluasi memberi sumbangan pada
klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari tujuan dan target.
Nilai diperjelas dengan mendefinisikan dan mengoperasikan tujuan dan target.
3. Memberi
sumbangan pada aplikasi metode analisis kebijakan, termasuk perumusan masalah
dan rekomendasinya. Informasi mengenai tidak memadainya suatu kinerja
kebijakan, program dan kegiatan memberikan kontribusi bagi perumusan ulang
kebijakan, program dan kegiatan. Evaluasi dapat pula menyumbangkan rekomendasi
bagi pendefinisian alternatif kebijakan, yang bermanfaat untuk mengganti
kebijakan yang berlaku dengan alternatif kebijakan yang lain.
1.1.6. ASPEK – ASPEK
YANG DINILAI PADA EVALUASI KINERJA KARYAWAN ;
2.
Kemampuan teknis, yaitu kemampuan menggunakan
pengetahuan metode, teknik dan peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan
tugas serta pengalaman dan pelatihan yang diperolehnya.
3.
Kemampuan konseptual, yaitu kemampuan untuk memahami
komplektisitas perusahaan dan penyesuaian bidang gerak dari unit masing –
masing kedalam bidang operasional perusahaan secara menyeluruh yang pada
intinya individual tersebut memahami tugas, fungsi serta tanggung jawabnya
sebagai seorang karyawan
4. Kemampuan hubungan interpersonal, yaitu antara lain kemampuan untuk bekerja
sama dengan orang lain, memotivasi karyawan, melakuakan negosiasi, dan lain –
lain
1.1.7. STANDAR EVALUASI KINERJA KARYAWAN
1. UNSUR PENILAIAN KINERJA HASIL PENILAIAN
Rendah Sedang Tinggi
2. KARAKTERISTIK INDIVIDU
Keahlian
Pengetahuan Kerja
Kepemilikan Sertifikat/Ijin Keahlian
Kemampuan
Kekuatan Fisik
Koordinasi Anggota Badan dalam Bekerja
Kemandirian
Kebutuhan
Hasrat Untuk Berhasil
Kebutuhan Sosial
Sikap
Kejujuran
Loyalitas
Kreativitas
Kepemimpinan
3. PERILAKU
Pelaksanaan tugas pokok (berdasarkan identifikasi dan elemen
kritis pekerjaan)
Menjelaskan Produk Kepada Calon Pembeli
Menjual Produk
Melakukan Pengepakan dan Pengiriman
Menanggapi Komplain dan Keluhan
Mematuhi Perintah
Melaporkan Masalah
Merawat Perlengkapan
Membuat Catatan Pekerjaan
Mengikuti Peraturan
Hadir Secara Teratur
Memberi Saran
4. HASIL
Jenis/kuantitas Produk
Nilai jual Produk
Tingkat Produksi
Pelanggan yang dilayani
Kualitas Produksi
Efektivitas Penggunaan bahan
Efektivitas penggunaan alat
Tingkat keselamatan kerja
Kepatuhan terhadap prosedur
Kepuasan
pelanggan
1.1.8. METODE EVALUASI / PENILAIAN KINERJA
Berbagai
metode yang dapat digunakan dalam penilaian kinerja karyawan ataupun anggota,
namun setiap metode memiliki indikator yang berbeda dan memiliki kecenderungan
terhadap satu sisi. Secara garis besar metode penilain pekerjaan dapat
diklasifikasikan menjadi 3, yaitu; “Penilaian Mengacu pada Norma”, “Penilaian
Standar Absolut”, dan “Penilaian Berdasarkan Output”.
1. Metode Penilaian Mengacu pada Norma
Metode ini merupakan metode yang paling sederhana karena penilaiannya secara keseluruhan didasarkan pada kinerja yang terbaik. Penilaian dilakukan secara tunggal dan secara subjektif. Ada beberapa metode penilaian yang termasuk dalam kelompok metode ini, antara lain ;
a).MetodeRanking
Metode
Ranking merupakan suatu metode penilaian kinerja yang berdasarkan urutan dari
yang terbaik hingga yang terendah yang disusun secara keseluruhan. Metode ini
terdiri dari 2 macam, yaitu; Metode
Ranking langsung; Metode ini cocok diterapkan pada perusahaan yang memiliki
skala kecil karena dalam perusahaan besar akan sulit jika harus mengurutkan
peringkat satu persatu dari sekian banyak karyawan dengan metode ini. Metode Ranking Alternatif; Metode ini
hampir sama dengan metode rangking langsung, namun dalam metode ini, penyusunan
terbagi menjadi 2 bagian yaitu kinerja terbaik dan kinerja terburuk. Penyusunan
dilakukan secara kelompok bukan satu persatu lagi, bagi karyawan yang memiliki
kinerja baik, maka ia berada diperingkat atas pada bagian kinerja terbaik,
namun untuk karyawan yang kinerjanya buruk, maka ia berada diperingkat bawah
pada bagian kinerja terburuk.
b). Metode Perbandingan Berpasangan (Paired Comparison)
Dalam metode ini digunakan untuk perusahaan yang memiliki pegawai/karyawan yang sedikit. Metode ini membandingkan individu dengan individu lain, urutan peringkat dapat diperoleh dari berapa kali seseorang terpilih menjadi yang terbaik dari pasangannya. Metode ini menggunakan rumus : N(N-1)/2 = Jumlah Perbandingan
Keterangan;N adalah jumlah karyawan/pegawai dalam perusahaan.
misal, dalam sebuah perusahan terdapat 8 karyawan, maka perhitungannya ialah
8(8-1)/2 = 24 Maka, 8 karyawan dapat dibandingkan sebanyak 24 kali.
c). Distribusi Paksaan (forced
distribution)
Istilah
distribusi paksaan menggambarkan format penilaian dimana penilai dipaksa
mendistribusikan karyawan yang dinilai kepada beberapa kategori kinerja. Metode
ini digunakan apabila sulit untuk mengurutkan peringkat masing masing karyawan
karena ada beberapa karyawan yang memiliki kinerja yang sama. Maka, metode ini
menempatkan beberapa kategori untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan
cara menetapkan presentase pada setiap kategori, misal; sangat buruk (5%),
buruk (15%), menengah (30%) , baik (20%), dan sangat baik (10%).
2. Penilaian
Standar Absolut
Dalam menilai kinerja para pegawai/karyawan, metode ini menggunakan standar absolute, yaitu dengan cara mengevaluasi pegawai dengan mengkaitkan dan mempertimbangkan beberapa faktor tertentu. Yang termasuk dalam metode penilaian Standar absolut antara lain
a). Skala Grafik
Metode ini mulai diperkenalkan pada tahun 1920-an. Pada metode ini, penilai menentukan dimensi kinerja yang akan dinilai. Penilaian dilakukan pada beberapa faktor yang meliputi; kuantitas hasil kerja, kualitas hasil kerja, kepribadian, kehadiran, loyalitas, kesetiaan,inisiatif,dll. Kemudian penilai memilih salah satu dari 5 pilihan. Angka 5 untuk yang terbaik, 4 untuk yang baik, 3 untuk yang sedang, 2 untuk yang buruk dan angka 1 untuk yang terburuk.
Setelah itu penilai menjumlahkan nilai yang
dihasilkan. Karyawan dengan nilai yang tertinggi merupakan karyawan dengan
kinerja yang terbaik dan karyawan dengan nilai yang terendah merupakan karyawan
dengan kinerja terburuk.
b). Metode Kejadian Kejadian Kritis (critical incident)
Kejadian kritis merupakan kondisi dimana seorang manajer/supervisor/pimpinan melakukan pencatatan terhadap setiap tindakan keseharian karyawan yang memberikan dampak positif maupun negatif secara signifikan terhadap efektivitas sebuah bagian/departemen sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan kinerja seorang karyawan. Misalnya mengenai inisiatif, kehadiran, kepribadian, kerjasama,dll.
c). Skala Penilaian Berdasarkan Perilaku (Behavioraly Anchored Rating Scales)
Metode ini merupakan penggabungan antara metode pendekatan kejadian kritis dengan skala grafik. Dari penggabungan dua metode ini menghasilkan penilaian yang lebih efisien baik bagi karyawan maupun manajer. Bagi karyawan yaitu lebih mudah untuk pedoman memperbaiki kinerjanya, sedang untuk manajer untuk lebih mudah memberikan umpan balik. Metode BARS memiliki beberapa tujuan sebagai berikut;
1.
Menilai
kinerja dengan perilaku spesifik, bukan berdasar sifat-sifat umum.
2.
Menghilangkan
ukuran-ukuran angka dan volume yang berpotensi menyesatkan dan tidak segera
ditafsirkan.
3.
Mengurangi
bias dan kesalahan penilai dengan mengaitkan nilai (rating) dengan
contoh-contoh perilaku spesifik..
4.
Meminimalkan
kekurang cermatan, subyektivitas, dan ketidak berhasilan evaluator dalam
mengidentifikasikan fungsi-fungsi penting sebuah jabatan atau pekerjaan.
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam metode ini adalah mengumpulkan data tentang perilaku untuk masing-masing katagori jabatan. Kejadian-kejadian kritis dan data yang terkumpul akan menjadi pertimbangan untuk konstribusi dalam kinerjanya. Metode ini memiliki 2 jenis didalamnya yaitu ;
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam metode ini adalah mengumpulkan data tentang perilaku untuk masing-masing katagori jabatan. Kejadian-kejadian kritis dan data yang terkumpul akan menjadi pertimbangan untuk konstribusi dalam kinerjanya. Metode ini memiliki 2 jenis didalamnya yaitu ;
a). Skala Harapan Perilaku
(Behavior Expectation Scale/BES)
BES merupakan uraian yang membantu penilai untuk
menetapkan perilaku karyawan ke dalam kategori baik,sedang ataupun buruk. Langkah-langkah
utamanya antara lain;
1
Mengumpulkan
peristiwa peristiwa yang menggambarkan perilaku baik,sedang ataupun buruk pada
setiap kategori pekerjaan.
2
Setiap
peristiwa yang terjadi dikelompokkan kedalam kategori atau dimensi kinerja
keseluruhan yang besar.
3
Setiap
dimensi yang dihasilkan disusun secara acak dan para anggota kelompok diminta
untuk membaginya kedalam dimensi-dimensi khusus. Dimensi yang tidak memperoleh
persetujuan 75% atau lebih dibuang, karena terlalu subjektif.
4
Klarifikasi
kepada kelompok kedua yang terdiri dari karyawan. Jika tidak ada 75%
persetujuan, maka dibuang.
5
Setiap ukuran yang tetap digunakan sebagai
dimensi, diberi peringkat sesuai dengan keinginannya dan dibentuk suatu skala.
b). Skala Pengamatan Perilaku
(Behavior Observtion Scale/BOS)
Metode ini sangat mirip dengan BARS atau dengan
Skala standar campuran. Perbedaan ini adalah bahwa BOS menilai kinerja
pelayanan karyawan dengan cara megamati seberapa sering mereka melakukan
kejadian-kejadian kritis (critical incidents) serta frerkuensi
kejadian-kejadian tersebut. Nilai diperoleh tiap pelaku dengan memberi
angkakepada penilaian frekuensi secara keseluruhan.
3.Metode Penilaian Berdasarkan Output
Penilaian kinerja pada metode ini lebih mengacu pada hasil pekerjaan namun tidak mengabaikan analisis pekerjaan sebagai dasar penilaian kinerja. Ada 4 jenis dalam metode ini, antara lain;
a). Management by Objective (MBO)
Penilai pada metode ini adalah orang-orang yang berpengalaman dan berkinerja tinggi yang dapat mengembangkan strategi mereka sendiri. Cara kerja dari metode ini adalah bagaimana suatu sasaran dapat tercapai dengan mengurangi ambiguitas dan juga hambatan yang mungkin dapat menghalangi tercapainya sasaran. Penilaian yang dilakukan dapat secara sederhana maupun secara rumit, bergantung pada kebutuhan sasaran yang akan dicapai. Atasan dan bawahan akan sama-sama melakukan evaluasi atas kegagalan yang mungkin terjadi dankemudian memutuskan sasaran-sasaran baru yang dimungkinkan bagi sasaran yang belum tercapai sebelumnya. Rata-rata sistem MBO membutuhkan waktu 2 tahun sesudah penerapannya untuk berjalan dengan efektif.
Proses MBO adalah sebagai berikut;
1.
Anlisis
Pekerjaan, para bawahan dan atasan bersama-sama melakukan meninjauan atas
deskripsi pekerjaan,
2.
Menetapkan
Standar Kinerja, berdasarkan deskripsi pekerjaan, para bawahan dan atasan
bersama-sama menentukan standar kinerja.
3.
Penetapan Sasaran, para bawahan dan atasan bersama-sama
menatapkan sasaran.
4.
Penilaian Kinerja, para bawahan dan atasan
menggunakan sasaran tersebut sebagai dasar untuk melakukan penilaian pekerjaan.
b). Pendekatan Standar Kinerja (Work Standard)
Metode ini mengacu pada kinerja karyawan, yakni membandingkan antara kinerja setiap karyawan dengan standar kinerja yang diharapkan. Metode ini lebih menekan pada pengujian kinerja dari masing-masing karyawan.
c). Pendekatan Indeks Langsung
Pendekatan ini mengukur kinerja dengan kriteria impersonal obyektif, seperti produktivitas, absensi dan keluar-masuknya karyawan. Ukuran-ukuran itu juga dapat dipecah menjadi ukuran kuantitas yang dihasilkan dalam suatu waktu tertentu.
d). Catatan Prestasi
Metode ini dilakukan oleh sebuah tim yang terdiri dari pakar yang memiliki kompetensi pada bidang yang dinilai untuk menilai kinerja para profesional.
1.1.9. SYARAT-SYARAT
EVALUASI KINERJA KARYAWAN
Suatu sistem penilaian kinerja harus mampu
menggambarkan secara akurat kinerja yang tipikal dari seorang karyawan. Untuk itu sistem
penilaian kinerja harus:
Job-related : Mengevaluasi berbagai perilaku kritikal yang dapat menghasilkan kinerja
yang sukses.
Praktis : Dapat dipahami dengan mudah oleh para evaluator
dan karyawan.
Terstandarisasi : Memungkinkan terwujudnya praktik penilaian kinerja yang seragam
1.1.10. PROSES
PENYUSUNAN EVALUASI KINERJA KARYAWAN

Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menyusun sistem penilaian kinerja
yaitu harus digali terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi
dengan adanya sistem penilaian kinerja yang akan disusun. Hal ini menjadi
penting karena dengan mengetahui tujuan yang ingin dicapai akan lebih
memudahkan dalam menentukan desain penilaian kinerja.
Langkah yang kedua, menetapkan standar yang diharapkan dari suatu jabatan, sehingga
akan diketahui dimensi-dimensi apa saja yang akan diukur dalam penilaian
kinerja. Dimensi-dimensi tersebut tentunya harus sangat terkait dengan
pelaksanaan tugas pada jabatan itu. Tahap ini biasanya dapat dilakukan dengan
menganalisa jabatan (job analysis) atau menganalisa uraian tugas masing-masing jabatan.
Setelah
tujuan dan dimensi yang akan diukur dalam penilaian kinerja diketahui, maka langkah
selanjutnya yaitu menentukan desain
yang sesuai untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Penentuan desain penilaian kinerja
ini harus selalu dikaitkan dengan tujuan penilaian. Hal ini karena tiap-tiap
desain penilaian kinerja memiliki kelemahan dan kelebihannya masing-masing.
Sebagai contoh, penilaian kinerja yang dilakukan untuk menentukan besaran gaji
pegawai dengan penilaian kinerja yang bertujuan hanya untuk mengetahui
kebutuhan pengembangan tentunya memiliki desain yang berbeda.
Langkah
berikutnya adalah melakukan penilaian
kinerja terhadap Karyawan yang menduduki suatu jabatan. Penilaian kinerja
ini dapat dilakukan oleh atasan
saja, atau dengan sistem 360o. Penilaian dengan sistem 360o maksudnya adalah penilaian satu pegawai dilakukan oleh
atasan, rekan kerja yang
sejajar/setingkat, dan bawahannya.
Hasil dari penilaian kinerja, selanjutnya
dianalisa dan dikomunikasikan kembali
kepada pegawai yang dinilai agar mereka mengetahui kinerjanya selama ini serta mengetahui kinerja
yang diharapkan oleh organisasi.
1.1.11.
WAWANCARA EVALUASI
KINERJA KARYAWAN
Sistem evaluasi kinerja yang baik diakhiri
dengan wawancara evaluasi kinerja. Wawancara evaluasi kinerja adalah pertemuan
langsung antara penilai dan ternilai untuk membahas hasil evaluasi kinerja
ternilai dan menyusun rencana kinerja ternilai untuk tahun yang akan datang
Tujuan
wawancara evaluasi kinerja antara lain:
1. Memberikan balikan dan penjelasan atas nilai
kinerja ternilai;
2.
Memberi kesempatan kepada ternilai untuk menjelaskan kinerjanya, menerima atau
menolak nilai yang diberikan penilai,
dan memberikan kesempatan banding;
3.
Mengubah kinerja, perilaku kerja, dan sifat pribadi yang ada hubungannya dengan
pekerjaan ternilai yang tidak memenuhi persyaratan standar kinerjanya;
4. Memberi
penghargaan terhadap kinerja baik ternilai agar terus dipertahankandan dikembangkan.
1.1.11. URAIAN PROSEDUR
1. Manager Hrd menetapkan form job ferpormance apprasial dan
menyerahkan kebagian personalia untuk diberikan ke Manager atau
kepala/unit/dipisi/dapertement
2. Bagian personalia memberikan form job ferpormance apprasial untuk
karyawan ke manager atau kepala unit/depisi/dapertement
3. Manager hrd meminta bagian personalia untuk meminta dan
mengumpulkan repor pelaksanaan program kerja dari personal /unit/depisi/dapertement
dan job performance apprasial untuk karyawan.
4. Bagian personalia meminta manager atau kepala
/unit/dipisi/dapertement mengumpulkan repor pelaksanaan program kerja dari
personal/unit/depisi/dapertement dan job performance apprasial untuk karyawan
dengan batas waktu maksimal tanggal 25. Setelah tanggal ditetapkan,
5. kepala unit/depisi/dapertement melaporkan hasil pelaksanaan
program kerja dari personal /unit/depisi/dapertement dan job performance
apprasial untuk karyawan kepada manager hrd( melalui personalia) sebelum
tanggal 25 dan jika memungkinkan setiap minggu.
6. Jika sampai tanggal 25 belum masuk maka bagian personalia
memberi SP(surat peringatan) dan reward personal/unit/depisi/dapertement yang
bersangkutan tidak diberikan. Jika tanggal 25 sudah terkumpul maka bagian personalia memberikan kepada manager hrd
untuk di evaluasi.
7. Manager hrd menganalisa report hasil pelaksanaan program
kerja dan jobperformance apprasial untuk karyawan dan meminta untuk
melakukan sampling dilapangan untuk
kebenaran refort yang dibuat oleh personal/unit/depisi/dapertement
8. Menganalisa dan melakukan sampling dilapangan dan membuat
rekomendasi kepada manager hrd terhadap temuan-temuan dilapangan
9. Manager hrd menganalisa merekomendasi terhadap pelaksanan program
kerja dari personal /unit/depisi/dapertement dan job performance apprasial
untuk karyawanDan mengevaluasi apakah karyawan sudah bekerjasesuai program kerja jika ya maka Ke
no 10, jika tidak maka manager hrd meminta personalia untuk membuat Surat
peringatan.
10. Manager hrd mengevaluasi apakah ada pelanggaran atau penyimpanan
terhadap peraturan perusahaan jika tidak mengevaluasi apakah sesuai dengan
target yang ditetapkan. Jika ya maka meminta personalia untuk membuat surat
peringatan sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan
11. Jika sesuai dengan target yang ditetapkan maka manager hrd
menetapkan reward karyawan yang bersangkutan ( yang sesuai dengan pedoman
reward dari direktur) dan dimasukan sebagai take home pay yang diterima oleh
karywan. Dan mengevaluasi karyawan tersebut apakah layak untuk dipromosikan jika
layak maka dievaluasi status karyawan, jika tidak maka status karyawan dianggap
tetap seperti semula .
12. Manager Hrd mengevaluasi status karyawan yang bersangkutan
jika:
a. Karyawan kontra sementara maka akan dibuat kontra baru
selama tiga bulan
b. Jika karyawan kontra 3 bulan atau tetap maka akan dinaikan
level nya kelevel lebih tinggi (
mengacu kepada pra syarat level yang sudah ditetapkan)
13. Manager hrd menyerahkan data karyawan layak promosi kepada
personalia untuk dibuat data base karyawan layak promosi
14. Personalia membuat Surat Peringatan sesuai dengan tingkat
pelanggaran yang dilakukan dan menyerahkan kepada manager hrd
15. Manager hrd memanggil kepala unit/depisi/dapertement
berkenaan dengan Surat peringatan yang akan diterima o9leh karyawan
16. Jika karyawan tersebut dibawah level manager kepala
unit/depisi/dapertement yang bersangkutan, jika level manager maka penyampaian
sangsi akan dilakukan oleh manager atas
persetujuan direktur.
17. kepala unit/depisi/dapertement menyampaikan kepada karyawan
atas sangsi terhadap pelanggaran yang dilakukan
18. karyawan menerima sangsi terhadap pelanggaran yang dilakukan
19. bagian personalia membuat refor terhadap hasil evaluasi terhadap
program kerja dan job performance apprasial sekaligus membuat data base
karyawan yang dipromosi maupun yang didemosi
20. personalia mengarsip dan memberikan copian dan bagian
rekruitment (untuk karyawan yang didemosi) untuk ditindak lanjuti